TUGAS

1. KARANGAN NARASI

Karangan narasi dalam pikiran Anda sudah tidak asing lagi. Istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari kata bahasa Inggris narration ( cerita ) dan narrative (yang menceritakan). Karangan narasi menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya ( kronologis) dengan maksud member makna kepada sebuah atau serangkaian kejadian, sehingga pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita itu.

Dengan demikian, karangan narasi hendak memenuhi keingintahuan pembaca
yang selalu bertanya “ Apa yang terjadi ?”
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman nmanusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu (Semi, 2003:29).

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2000:136). Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Narasi adalah suati karangan yang biasanya dihubung0hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2002:130). Narasi adalah karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2).
Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

Menurut Keraf (2000:136) ciri-ciri karangan narasi secara umum yaitu :
a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
b. dirangkai dalam urutan waktu.
c. berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
d. ada konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
d. nilai estetika.
e. Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.

Dalam menulis narasi peristiwa atau kejadian yang suda kita kumpulkan kita susun beruntun sehingga menjadi serangkaian peristiwa yang menarik. Karangan narasi tidak selalu bersifat fiktif dan imajinatif, bergantung pada bahan serta tujuanya. Umumnya orang megakui bahwa tujuan menulis narasi secara fundamental yaitu :
1. Memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca.
2. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca

Berdasarkan tujuan diatas maka narasi dapat dibedakan atas dua jenis yaitu
1. Narasi informasional atau ekspositoris.
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. isinya dapat berupa fakta atau fiksi. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atay sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.
Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca karangan tersebut. Dalam situs yahoo answer diungkapkan ciri-ciri narasi informasional atau narasi ekspositoris yaitu :
1. Memperluas pengetahuan
2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.

2. Narasi artistik atau sugestif.
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Isi dari jenis narasi ania adalag fakta.
Sasaran utamanya dari narasi artistik atau sugestif adalah memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Dari uraian diatas maka dapat di asumsikan bahwa ciri-ciri narasi artistik atau sugestif yaitu :
1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menimbulkan daya khayal.
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
5. Banyak menggunakan majas/gaya bahasa.
Contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa karangan narasi informasional atau narasi ekspositoris digunakan untuk karangan yang faktual seperti biografi, autubiografi, sejarah,atau proses cara melakukan sesuatu hal. Sedangkan karangan
narasi artistik atau narasi sugentif digunakan untuk karangan imajinatif , misalnya
cerpen, novel, roman atau drama.

Bahasa Contoh 1
Hj.Kuraesih, “35 Tahun Baca ‘PR’ tidak Bosan”
Lebih dari 35 tahun membaca Harian Umum Pikiran Rakyat, tapi ibu yang satu ini tidak pernah bosan. Selama itu ia tetap setia berlangganan “PR” dan tiap hari membaca Pikiran Rakyatdari halaman satu sampai halaman akhir, dari mulai berita sampai iklan-iklannya.
Ketika ditemui Direktur Pemasaran PT PR Bandung H.Januar P.Ruswita, Rabu lalu di Purwakarta, Ibu Hj.Kuraesih atau lebih dikenal dipanggil Ibu Laksana, mengaku mulai berlangganan “OR” kira-kira tahun 1969 yaitu saat “PR”melakukan operasi pengembangan pasar di Kota Purwakarta. “Ibu masih ingat ketika itu posko operasi pengembangan “PR” bertempat di sebuah hotel di depan rumah. Jadi selama beberapa hari, ibu mendapat koran gratis. Karena tertarik membaca “PR”, ibu berlangganan dan bahkan terus ketagihan sehingga menjadi pelanggan tetap samapi bhari ini. Ibu tidak bosan baca “PR” selama 35 tahun,” katanya.
(Ruhimat, Pikiran Rakyat :25 Maret 2006).

Contoh 2
Tanganku dia bimbing, kakiku berjalan dengan langkah cepat mengikutinya.Kami duduk di ruang tengah. Ada kursi-kursi di sana. Aku dimintanya duduk di sampingnya. “ Duduklah, cucu. Di samping kakek. Nah. Siapa nanamu?” Aku sebutkan namaku, sambil mataku melayang ke sekitar. Semuanya penuh bunga.Aku menatap wajah kakek, kerut-merut kulit tua. Aku sebutkan namaku, sambil mataku melayang ke sekitar. Semuanya penuh bunga. Aku menatap wajah kakek, kerut-merut kulit tua. Kataku: “Banyak sekali bunga, Kakek?”
“ O, ya banyak. Aku suka bunga-bunga.”
“ Belum pernah kulihat yang sebanyak ini, sebelumnya.”
“ Tentu saja. Kenapa tidak sejak dulu datang ke sini?”
“ Kenapa kakek tidak datang ke rumahku?”
Ia tertawa mengusap-usap kepalaku. “Pintar, ya. Kau sering memanjat pagar
itu, bukan?”
“ Ya. Ternyata kakek mengetahui tingkahku. Siapa memberi tahu?”
“ Mataku, cucu.”
“ Hanya untuk melihat-lihat saja. Kek.”
Ia tertawa terguncang badannya. “Tentu saja aku tahu itu. Kau anak baik,
cucu. Karena, mata batinku lebih tajam dari mata kepalaku.” ( Kuntowijoyo dalam
Yoyo M.dkk. 1998: 119).
Bahasa Indonesia
Contoh 1 bertujuan memberikan informasi. Olah karena itu, narasi jenis ini bersifat faktual dan secara esensial merupakan hasil pengamatan pengarang. Jadi, contoh 1 itu benar-benar menginformasikan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata . Sedangkan Contoh 2 bersifat fiktif dan secara esensial merupakan hasil imajinasi pengarang dan mengisahkan suatu kehidupan yang hanya hidup dalam benak pengarang yang tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahan-bahan ciptaan pengarang itu ada dalam kehidupan nyata (faktual).


2. PRINSIP – PRISIP NARASI
Prinsip dasar narasi adalah alur, penokohan, latar, sudat pandang ,dan pemilihan detail peristiwa. Marilah kita bahas satu per satu.
1. Alur (Plot)
Pengertian alur atau plot dapat Anda pahami melalui contoh berikut: Raja Mati itu disebut jalan cerita. Akan tetapi Raja mati karena sakit hati dalah alur. Apa yang disebut alur dalam narasi memanglah sulit. Dicari. Alur bersembunyi di balik jalannya cerita ( Suparno, 2004:4.36). Perlu dipahami benar, namun jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manisfestasi , bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Alur dan jalan cerita memang tak terpisahkan, tetapi harus dibedakan. Kadang–kadang orang sering mengacaukan kedua pengertian tersebut. Jalan cerita bermuatan kejadian-kejadian. Akan tetapi, suatu kejadian ada karena ada sebabnya, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Suatu kejadian baru disebut narasi kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian.

Dari suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan terjadinya perkembangan.
Dalam hal ini, adanya konflik. Intisari alur adalah konflik. Tetapi suatu konflok dalam narasi tidak dapat dipaparkan begitu saja. Harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur sering dibagi lagi menjadi beberapa elemen berikut ini: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.

Struktur Alur
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a. Bagian awal
1. paparan (exposition)
2. rangkasangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
b. Bagian tengah
4. tikaian (conflict)
5. rumitan (complication)
6. klimaks
c. Bagian akhir
7. leraian (falling action)
8. selesaian (denouement)

Bagian Awal Alur
Jika cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian dikatakan bahwa cerita itu dudun in medias res.
Penyampaian informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing), yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.

Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.

Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a. faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b. Faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.
Selain itu ada hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Macam Alur
Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
a) Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
b) Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
c) Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.

Dalam hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.


Pada fase pengenalan, pengarang mulai melukiskan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokoh cerita sebagai pendahuluan. Pada fase kedua pengarang mulai memperkenalkan pertikaian-pertikaian yang terjadi di antara tokoh. Pada fase ketiga pertikaian semakin meruncing. Pada fase keempat terdinya puncek pertikaian. Setelah fase ini terlampaui, sampailah pada fase kelima ,yakni pemecahan masalah. Alur menurun menuju pemecahan masalah dan penyelesaian cerita. Itulah susunan alur yang berpusat pada konflik. Dengan adanya alur di atas , pengarang membawa pembaca ke dalam suatu keadaan yang menegangkan, timbul suatu tegangan ( suspense) dalam cerita. Dari suspense inilah yang menarik pembaca untuk terus mengikuti cerita.

Urutan alur di atas merupakan urutan tradisional. Seorang pengarang narasi dapat saja mulai dengan pemecahan masalah , seperti dalam roman Ateis (Akhdiat Karta Hadimadja ), Ada pengarang yang mulai dengan konflik memuncak seperti dalam Tanah Gersang ( Mochtar Lubis) dan ada pengarang yang memulainya dengan timbulnya konflik , seperti dalam Merahnya Merah karya Iwan Simatupang. Teknik yang demikian disebut sorot balik ( flash back) yang bertujuan untuk mendapatkan tegangan. Alur narasi merupakan kerangka dasar yang sangat penting. Alurlah yang mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus berhubungan satu sama lain, bagaimana suatu insiden mempunyai hubungan dengan insideninsiden lainnya, bagaimana tokoh –tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu dan bagaimana situasi dan perasaan karakter tokoh-tokoh yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam satu kesatuan waktu.
Baik tidaknya penggarapan sebuah alur dapat dinilai dari hal-hal berikut ini. (1) Apakah setiap insiden insiden(kejadian) susul-menyusul secara logis dan alamiah? (2) Apakah setiap pergantian insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya? (3) Apakah insiden terjadi secara kebetulan? (Keraf, dalam Soeparno 2006 : 4.41).

2. Penokohan
Adapun salah satu ciri khas narasi adalah adanya pengisahan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian perbuatan atau pengisahan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa atau kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian itu disusun bersama-sama , sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal.

Dalam contoh 1 fokus cerita diarahkan pada “ Hj. Kuraesih 35 Tahun Baca PR tidak Bosan” Apabila di situ diceritakan Ruhimat maka penyebutan tokoh dalam rangka mendapatkan kesan yang utuh mengenai pengalaman hidup sebagai pembaca Pikiran Rakyat yang sangat setia. Dalam narasi itu tidak disebutkan juga nama-nama lainnya karena nama-nama itu tidak signifikan dalam hubungannya dengan salah satu aspek dari kehidupan Hj.Kuraesih yang dianggap istimewa oleh pengarang.
Bahasa Indonesia
3. Latar ( Setting)
Latar di sini adalah tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi kadang tidak disebutkan secara jelas tempat atau waktu tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkan latar secara umum. Misalnya: senja di sebuah kampus, di sebuah pantai, di sebuah kampung. di malam gelap, di pagi hari nan indah dan sebagainya. Namun, ada juga yang menyebutkan latar tempat dan waktum secara pasti dan jelas.
4. Sudut Pandang ( Point of View )
Sebelum Anda mengarang narasi terlebih dahulu Anda harus menentukansudut pandang. Sudut pandang dalam narasi akan menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apa pun sudut pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita karena watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pengarang kepada pembacanya.

Seperti kita maklumi bahwa setiap orang mempunyai pandangan hidup, intelegensi, kepercayaan, dan teperamen yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, keputusan pengarang untuk menentukan siapa yang akan menceritakan kisah, menetukan sekali apa yang ada dalam cerita. Jika pencerita (narrator) berbeda maka detaildetail cerita yang dipilih pun berbeda pula. Adapun kedudukan narator dalam cerita terdiri atas empat macam sebagi berikut.
1. Narator serba tahu (Omniscient point of view )
Narator serba tahu bertindak sebagai pencipta segalanya. Dia tahu segalanya. Dia dapat menciptakan apa saja yang diperlukannya untuk melengkapi ceritanya, sehingga tercapai apa yang diinginkannya. Dia bisa mengeluarmasukkan para tokohnya. Dia bisa mengemukakan perasaan, kesadaran, dan jalan pikiran para tokoh cerita. Pokoknya, narator bertindak sebagai Tuhan terhadap makhluknya yang serba mengetahui mulai dari kegiatan yang bersifat jasmaniah sampai dengan pada kegiatan yang bersifat rohaniah, mulai dari tempat yang tampak sampai pada tempat yang tersembunyi, mulai dari masalah biasa sampai dengan masalah yang sangat rahasia, dan mulai dari kegiatan yang dilakukan secara berkelompok sampai dengan pada kegiatan yang hanya dilakukan sendiri di tempat terpencil. Oleh karena itu, teknih ini cocok untuk cerita yang bersifat sejarah, edukatif, dan humoris. Cerita yang memberi tahu pengalaman baru atau tema petualangan yang lebih tepat memakai gaya bercerita Omniscient.
2. Narator (ikut) aktif (Narrator ackting )
Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama ( aku, saya, kami).

Dengan kedudukan demikian narator hanya dapat melihat dan mendengar apa yang orang biasa dapat melihat dan mendengarnya. Narator kemudian mencatat tentang apa yang dikatakan atau dilakukan oleh tokoh lain dalam suatu jarak penglihatan dan pendengaran. Narator tidak dapat membaca pikiran tokoh lain kecuali hanya menafsirkan dari tingkah laku fisiknya. Hal-hal yang bersifat psikologis dapat dikisahkan. Itu pun yang menyangkut dirinya sendiri.
Bahasa
3. Narator bertindak objektif ( Objective point of view )
Pengarang menceritakan apa yang terjadi, seperti penonton melihat pementasan drama . Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke dalam pikiran para tokoh. Dalam kenyataannya, memang orang hanya dapat melihat apa yang diperbuat orang lain. Dengan melihat perbuatan orang lain pengarang menilai kejiwaannya, kepribadiannya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Untuk motif tindakan pelakunya, pengarang hanya bisa menilai dari perbuatan para tokohnya. Dalam hal ini, pembaca sangat diharapkan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.
4. Narator sebagai peninjau
Dalam teknik ini , pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita.
Seluruh kejadian cerita kita ikuti bersama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara, terhadap tokoh-tokoh lain , dia hanya bisa memberitahukan kepada kita seperti apa yang dia lihat saja. Jadi, teknik ini berupa penuturan pengalaman seseorang. Pelaku utama sudut pandang peninjau ini sering disebut teknik orang ketiga, yang pelakunya disebut pengarang dia.

3. PENGEMBANGAN NARASI
1. Penyusunan Detail-detail dalam Urutan
Salah satu ciri khas karangan narasi adalah jika dibandingkan dengan karangan yang lain adanya organisasi detail-detail ke dalam urutan ruang – waktu ( timespace sequences) yang menyarankan adanya bagian awal, tengah, dan akhir cerita.

Organisasi demikian,menyarankan adanya pergantian detail-detail atau pengembangan dalam narasi. Jika cerita menyangkut latar tempat, pengisahan mengalami pergantian dari suatu tempat ke tempat laun. Jika pengisahan menyangkut latar waktu ke waktu lain (mungkin maju mungkin surut ke belakang ). Jika cerita menyangkut perbuatan tokoh, pengisahan mengalami gerakan dari suatu adegan ke adegan berikutnya.

2. Pengembangan Deskripsi, Eksposisi, dan Dialog
Dalam cerita rangkaian peristiwa sangat penting. Segala sesuatu diusahakan supaya peristiwa menjadi jelas, menarik, dan menujnjukan kebenaran kepada pembaca. Untuk mencapai maksud tersebut, narasi menggunakan deskripsi, eksposisi, dan dialog dalam penyajiannya.

Deskripsi akan menolong Anda menciptakan suasana yang
dikehendaki.Deskripsi akan lebih jelas , jika pengarang pandai menggunakan katakata yang merangsang pancaindra. Pembaca diajak untuk menghayati sepenuhnya peristiwa yang sedang diceritakan. Pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, dan pencicipan , bahkan perasaan dirangsang serentak. Selain itu, untuk menghidupkan ceritanya, pengarang seringkali menggunakan dialog. Dari dialog yang dilakukan para tokoh cerita , pembaca akan dapat menangkap kesan yang mendalam.

4. LANGKAH-LANGKAH MENULIS NARASI
Menurut Suparno dan Muhammad Yunus (2006 : 4.50) langkah langkah dalam menulis narasi adalah sebagai berikut :
1. Tentukan tema dan amanat yang akan disampaikan
2. Tetapkan sasaran pembaca
3. Rancang peristiwa-peristiwa yang akan di tampilkan dalam bentuk skema alur
4. Bagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita
5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita
6. Susun tokoh, perwatakan, latar, dan sudut pandang.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons