1) Pengertian
Ketrampiln bertanya menurut marno (2008 : 115) adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pegajaranya selalu melibatkan/menggunakan tanya jawab. Ketrampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan.
Menurut Brown bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri peserta didik. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu, sebagai pendidik kita hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar bertanya.
Keterampilan dasar mengajar bertanya dapat kita kelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar dan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut. Keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Sementara itu, keterampilan dasar mengajar dasar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar, dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, memperbesar partisipasi mereka dan mendorong mereka agar dapat mengambil inisiatif sendiri.
2) Tujuan Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya perlu kita pelajari sebagai pendidik sebab ada banyak tujuan kita mempunyai jenis keterampilan ini, yaitu:
a) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan. Dengan memberikan pertanyaan kita akan dapat menarik minat peserta didik dalam perkuliahan. Terlebih jika pertanyaan yang kita berikan tidak sembarangan, alias memerlukan pemikiran dan renungan mendalam karena cukup pelik dan tidak dapat dilihat secara hitam putih. Untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik kita perlu memilih pertanyaan terkait dengan isu-isu baru yang lagi in dan sesuai dengan dunia peserta didik.
b) Memusatkan perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas.
Dengan bertanya kita dapat menarik perhatian siswa terhadap satu persoalan. Kita dapat mempersiapkan berbagai jenis pertayaan yang relevan dengan topic perkuliahan yang kita sampaikan. Ada trik tertentu agar semua peserta didik fokus ke pertanyaan. Sebagai contoh, di tengah kita sedang menjelaskan topik secara tiba-tiba kita lemparkan sebuah gulungan kertas yang sudah kita siapkan kepada salah seorang peserta didik yang kita anggap kurang memperhatikan. Peserta didik yang kita lempar itu langsung kita berikan pertanyaan terkait dengan topic. Biasanya peserta didik lainnya akan diam dan semua focus ke kejadian ini dan juga ke pertanyaan yang kita ajukan. Ini sebagai bagian dari shock therapy. Pada pertemuan berikutnya biasanya sudah berkurang orang yang tidak memperhatikan perkuliahan.
c) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik dalam belajar. Dengan melontarkan pertanyaan kita akan mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik tentang topic perkuliahan. Jika sudah paham, kita dapat meneruskan topik perkuliaha berikutnya, namun jika belum paham kita dapat mengulangi pembahasan atau mendiskusikan lebih jauh, atau mengulangi lagi pada pertemuan berikutnya. Selain itu, jika peserta didik belum paham terhadap materi perkuliaha kita dapat segera mengidentifikasi berbagai penyebabnya sehingga akan kita tawarkan solusinya.
d) Mengembangkan cara belajar siswa aktif. Bertanya pada dasarnya ada proses memahami yang pro aktif. Bertanya berarti memahami sebagian materi. Bertanya dapat melatih peserta didik aktif mencari ilmu pengetahuan.
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi. Dengan kita memberikan pertanyaan sebenarnya menuntut peserta didik merenungkan kembali informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan pertanyaan kita dapat melatih peserta didik melakukan proses seleksi pengethuan untuk menjawab persoalan yang kita ajukan.
f) Mendorong siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi. Dengan kita berikan pertanyaan kepada seluruh anak, mereka dibiasakan mengemukakan pendapat di muka umum. Di samping itu, jika terjadi perbedaan pandangan mereka akan dilatih menghargai pandangan orang lain.
g) Menguji dan mengukur hasil belajar. Tujuan terakhir dari keterampilan bertanya adalah untuk menguji dan mengukir hasil belajar. Ini berarti kegiatan bertanya dikaitkan dengan tujuan pembelajaran apakah sudah tercapai ataukah belum.
3) Komponen Keterampilan Bertanya
Seperti komponen-komponen sebelumnya, keterampilan dasar mengajar bertanya juga memiliki beberapa komponen. Hanya saja, komponen tersebut tergantung pada tingkatannya, yaitu antara tingkat dasar dan tingkat lanjut.
1) Keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar
b. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya. Tingkatan ini jarang digunakan pada peserta didik kecuali unutk beberapa disiplin ilmu yang memang masih baru atau masih asing sehingga pertanyaan yang diberikan masih bersifat dasar. Contoh: apakah perbedaan antara model pendidikan pedagogi dengan andragogi?
c. Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang kita perlu memberikan acuan berupa pernyataan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari peserta didik. Contoh: Kita ketahui bersama bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat banyak komponen. Coba kamu sebutkan apa saja kompnen yang terdapat dalam pendidikan tersebut!
d. Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang peserta didik, karena jawaban yang diberikan belum benar atau belum memadai. Untuk itu kita dapat menggunakan teknik pemindahan giliran. Mula-mula kita mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian memilih salah seorang peserta didik untuk menjawab, dengan cara menyebut namanya, atau dengan menunjuk salah seorang dari mereka.
Contoh: Kita mengajukan pertanyaan berikut kepada seluruh kelas: ”Pola pemikiran umat Islam Indonesia secara genealogis tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara. Coba kamu sebutkan jalur-jalur penyebaran Islam ke Nusantara beserta implikasi pemikiran yang ditimbulkan!” Sangat mungkin jawaban yang muncul pertama kali baru satu perspektif, maka kita dapat menawarkan kembali kepada peserta didik lain tentang pertanyaan yang kita ajukan tersebut.
e. Penyebaran
Untuk melibatkan peserta didik sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, kita perlu menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan secara acak. Kita hendaknya berusaha melontarkan pertanyaan ke semua peserta didik agar semua mendapat giliran yang sama.
f. Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelaas, kita perlu memberi waktu beberapa saat untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang seorang peserta didik untuk menjawabnya.
g. Pemberian tuntunan
Bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang kurang rasional atau kurang tepat, kita hendaknya memberikan beberapa batasan atau catatan kepada peserta didik itu, agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar baik dengan mendiskusikan bersama sesame teman atau melalui penelusuran di perpustakaan.
2) Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat lanjut
a. Pengubahan tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan yang kita kemukakan dapat mengandung proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan pertanyaan, kita hendaknya berusaha mempertimbangkan tuntutan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yan paling rendah, yaitu: evaluasi ingatan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan aplikasi. Tentu kita harus membedakan level berpikir yang hanya mengetahui dengan yang level menganalisis.
b. Pengaturan urutan pertanyaan. Untuk mengembangkan tingkat kognisi dari yang sifatnya lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, kita hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik. Misalnya, pertama-tama kita mengaajukan pertanyaan yang bersifat ingatan, setelah itu pertanyaan kita naikkan ke pemahaman, penerapan, analisis, dan akhirnya evaluasi.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika jawaban yang diberikan peserta didik kita nilai benar, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi labih sempurna, maka kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada mereka. Misalnya dengan ungkapan, “Menurut Saudara, kira-kira yang menjadi penyebab apa ya?” atau “Coba kalau dikaitkan dengan konteks keindonesiaan, apa dampak pemikiran tokoh Muhammad Abduh tersebut?” dan seterusnya.
d. Peningkatan terjadinya interaksi
Agar peserta didik lebih terlihat secara keseluruhan, jawaban yang mungkin belum sempurna diberikan oleh salah seorang siswa tidak harus langsung kita jawab, namun kita lontarkan kembali ke semua orang agar memberikan komentar atau jawaban. Kalau bisa hindari menjadi tenaga pendidik otoriter yang hanya mau menang sendiri dalam berpendapat tanpa melibatkan peserta didik. Apalagi untuk konteks peserta didik sudah mampu berpikir mandiri. Yang kita perlukan hanya kisi-kisi atau poin-poin pokok saja.
5) Prinsip Keterampilan Bertanya
Kalau kita ingin mempunyai keterampilan bertanya yang baik kita dapat mencermati prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya berikut ini.
1. Kehangatan dan antusias
Kita perlu menunjukkan kepada seluruh peserta didik bahwa kita menguasai persoalan yang dibahas dan pertanyaan yang kita ajukan memang sangat menarik, bukan asal-asalan bertanya. Hal ini dapat kita buktikan melalui sikap, baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban. Sikap dan gaya kita termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan antusiasme kita.
2. Kebiasaan yang perlu dihindari
a. Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan munurunnya perhatian dan partisipasi.
b. Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.
c. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
d. Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak, sebab kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah.
e. Menentukan siswa yang harus menjawab sebalum mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan diajukan terlebih dahulu kepada seluruh siswa. Baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab.
f. Pertanyaan ganda. Guru kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda. Menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Hasibu, Abimanya, dalam Suwarna (2006 : 76).
0 komentar:
Posting Komentar