Jumat, 04 Maret 2011

MENGORGANISASIKAN BAHAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN DALAM MENULIS PROSA FIKSI

PERSIAPAN MENULIS
Sebelum melakukan penulisan seorang penulis harus mempersiapkan hal-hal yang akan diperlukan dalam proses penulisan. Menurut Ari (2007 : 21) dalam persiapan menulis ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya
1. Ide Cerita
Kunci utama yang harus kita siapkan dalam penulisan prosa fiksi adalah ide cerita yang Brilliant. Ada banyak car dalam mencari ide dan ide bisa saja datang kapan saja. Cara yang dapat kita lakukan untuk mencari ide diantaranya:
a. Melawan kebiasaan yang membosankan
b. Tidak usah fokus mencari ide
c. Mendengar pembicaraan orang
d. Mulai menulis di buku harian atau menulis di blog
e. Tidak membohongi perasaan
f. Coba dengan hal yang baru
g. Membuat tema yang beda
h. Perankan orang lain dalam sehari
i. Tidak perlu malu dan lelah
j. Ambil hikmah dari setiap peristiwa
k. Membawa buku catatan setiap kita pergi
l. Jalan-jalan ketempat baru
m. Mendengar kata hati, dll
2. Niat
Niat untuk mulai menulis dalam hal ini harus kita perhatikan untuk memberi semangat pada diri kita sendiri.
3. Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dapat kita siapkan dalam menulis prosa fiksi adalah
a. Kertas kosong
b. Pulpen
c. Komputer atau laptop
d. Tape recorder
4. Waktu dan tempat
Sebelum menulis kita harus mempersiapkan waktu dan tempat yag tepat.
5. Jenis cerita
Jenis cerita penting kita perhatikan sebelum menulis sebuah prosa fiksi. Misalkan kita akan menulis novel maka kita harus menentukan dahulu genre novel yang akan kita tulis.
6. Sasaran cerita
Dalam menulis prosa fiksi ada bainya kita memperhatikan sasaran pembaca. Misalkan dilihat berdasarkan umur, atau berdasarkan kepentingan.
7. Tema cerita
Tema cerita berkaitan erat dengan sasaran yang hendak kita tuju. Tema yang dapat kita pilih dalam menulis prosa fiksi misalnya percintaan, persahabatan, keluarga, perselingkuhan, asimilasi budaya, religi, kepahlawanan, petualangan, balas dendam, dan kriminal.
8. Premis Cerita
Premis cerita merupakan cerita inti yang menentukan arah cerita sekaligus menjelaskan tujuan cerita.
9. Alur cerita
Alur cerita merupakan jalan cerita. Jalan cerita penting sekali dalam menulis.
10. Seting cerita
Seting meliputi tempat, waktu dan suasana cerita. Dalam menulis prosa fiksi setting harus kita tentkan
11. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara bercerita atau cara bertutur.
12. Penentuan judul
Judul merupakan hal yang paling penting dalam menulis prosa fiksi.
13. Pengumpulan materi cerita
Dalam menulis fiksi kadang-kadang ada penggabungan antara fiksi dan non fiksi. Misalnya kita menguraikan fiksi namun tempatnya nyata/ nonfiksi karena ada dan bisa dilihat.
14. Hal-hal unik
Untuk memikat pembaca-kita perlu mempertimbangkan hal-hal yang unik.
15. Sinopsis cerita
Kalau kita sudah memiliki premis maka kita membuat sinopsis agar cerita lebih mantap dan terarah.
16. Pengembangan lebih rinci
Untuk membangun cerita yang rinci, sinopsis yang telah kita buat tadi, kita kembangkan secara lebih terperinci misalnya membuat bagian-bagian.
17. Tentukan deadline
Setelah kita merasa materi yang kita butuhkan telah cukup maka kita tentukan deadline atau batas waktu penulisan.


Memang, para penulis memiliki pengalaman yang berbeda satu sama lain, namun setidaknya pengalaman tersebut dapat menjadi bahan pelajaran bagi penulis pemula. Dan walaupun setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam berkarya, berikut ini kiat dalam menuis novel menurut Nugraha (dalam http://kh4bh4yh4n.multiply.com)

a) Menggali ide
Kita sebagai pemula dalam menulis, mungkin seringkali kebingungan mencari ide. Padahal, ide itu bisa kita dapatkan dimanapun, kapanpun, dan tentang apapun. Yang penting jangan diam.

Pertama, cobalah melakukan sesuatu, karena adakalanya ide muncul ketika kita sedang melakukan suatu aktifitas dan saya percaya akan hal itu. Walaupun, tak jarang ada yang mengatakan jika penggalian ide sifatnya sangat personal dan seringkali berkaitan dengan pengalaman pribadi.
Yang pasti, ide itu tidak muncul dari langit. Dan hanya penulis yang produktif yang akan selalu memiliki banyak ide untuk dituangkan ke dalam tulisan. Karena baginya tak ada hari dan waktu tanpa ide yang dapat dibuat tulisan.

“Saya sendiri ketika menulis novel "Untukmu Ayu", idenya muncul takkala saya sedang menghabiskan waktu saya di sebuah perkebunan teh di Bandung. Kemudian sesampainya di rumah, saya langsung menuangkannya ke dalam tulisan”. (Nugraha, http://kh4bh4yh4n.multiply.com)

Kedua, perbanyaklah membaca. Apapun bentuk bacaannya. Bisa buku, majalah, Koran, tabloid, dan lain-lain. Karena dengan banyak membaca akan menambah pengetahuan kita. Yang penting bacaan itu bisa merangsang munculnya sebuah ide dan keinginan menulis.

“Hampir separuh kamar saya penuh dengan buku, mulai dari buku-buku politik, hukum, komunikasi, hingga novel dan kumpulan cerpen. Bagi saya, buku adalah harta yang sangat berarti. Bahkan, saya memiliki buku sastra terbitan tahun 1928 yang hingga kini masih terawat dengan baik. Semua itu demi menambah pengetahuan saya dan bisa menjadi referensi saya dalam menulis. Ingat! penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula”. (Nugraha, http://kh4bh4yh4n.multiply.com)


Terakhir, mulailah untuk mencoba mengamati sekitar kita. Karena bisa saja dengan mengamati lingkungan di sekitar kamu, sebuah ide bisa muncul. Siapa tahu di sekitar kita ada sesuatu yang menarik untuk dijadikan tulisan.


b) Menentukan tema
Setelah kamu mendapat ide, langkah selanjutnya adalah mencoba mengembangkan ide yang kamu dapat menjadi sebuah tema tulisan. Misalnya kita mendapatkan sebuah ide tentang seorang gadis dan kekasihnya, mungkin kita bisa mengembangkannya menjadi sebuah tema, seperti kegelisahan si gadis karena kekasih pujaannya tak kunjung datang. Atau jika kita mendapatkan ide tentang ibu dan anaknya, kamu bisa saja mengembangkannya menjadi sebuah tema, seperti kekecewaan ibu karena nasihatnya selalu tidak dituruti oleh anaknya. Yang pasti, menentukan tema sangat penting agar tulisan kita dapat lebih terarah dan tidak menyimpang dari ide awal.

c) Merumuskan masalah
Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Dalam tahap ini, kita harus menentukan permasalahan yang dihadapi oleh antar tokoh. Misalnya, ibu kecewa karena seringkali menasihati anaknya, selalu tidak dituruti dan dibantah. Misalnya, anaknya tidak pernah menuruti dan sering membantah nasihat ibunya karena pergaulannya yang salah dan nakal.

d) Tulislah sinopsis
Langkah ini menjadi penting bagi pemula dalam menulis. Berbeda dengan penulis yang sudah berpengalaman. Mereka seringkali melupakan sinopsis. Sinopsis sebenarnya merupakan rangkuman dari keseluruhan tulisan yang telah selesai dikerjakan. Tapi, untuk penulis pemula sinopsis dapat menjadi panduan ketika hendak menulis.


Menurut Didik (dalam http://mega-thea.blog.friendster.com) ada bebarapa tips yang dapat digunakan dalam penulisan prosa fiksi. Tips-tips tersebut meliputi :
1. Memilih Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view di dalam cerita fiksi pada prinsipnya adalah siapa yang menceritakan cerita tersebut. Sudut pandang itu seperti kita melihat sesuatu peristiwa melalui mata ’seseorang’. Kejadian yang sama di mata anak-anak dan orang dewasa tentu berbeda, sehingga sudut pandang sangat berpengaruh pada bagaimana cerita itu akan diceritakan. Bagaimana nuansa, gayanya, dan bahkan makna cerita itu bisa berbeda tergantung sudut pandang mana yang dipakai.
Ada dua sudut pandang yang biasa dipakai di dalam penulisan fiksi, antara lain:
a) First Person Point of View (Sudut Pandang Orang Pertama)
Di sini, narator berperan sebagai salah satu karakter. Karakter dipakai biasanya adalah karakter utama di cerita. Biasanya sudut pandang ini mudah dikenali, dengan ‘aku’ atau ’saya’ sebagai karakter utama.

b) Third Person Point of View (Sudut Pandang Orang Ketiga)
Sudut pandang orang ketiga dipakai bila kita menggunakan narator yang tidak ikut menjadi salah satu karakter fiksi tersebut. Namun, narator tersebut mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh karakter-karakter tersebut. Mungkin bisa kita analogikan sebagai reporter di cerita pembunuhan di atas.

Sudut pandang orang ketiga bisa dibedakan lagi menjadi Omniscient atau Limited. Kalau di Omniscient Point of View, orang ketiga tersebut mengetahui semuanya tentang seluruh karakter cerita, baik perasaannya atau pikirannya. Sedangkan yang Limited, orang ketiga itu hanya mengetahui tentang beberapa karakter saja.


2. Detil Cerita
Beberapa kelemahan yang sering ditunjukkan oleh para penulis pemula adalah sedikitnya detil yang digunakan untuk memperkuat cerita. Padahal walaupun sepele, detil berguna untuk menambah kekuatan karakter ataupun memperkaya setting.
Cerita kita akan lebih nyata kalau dibantu dengan detil. Manusia memiliki berbagai macam indera. Gunakan indera tersebut untuk membuat cerita kita nyata di mata pembaca, di telinga pembaca, di lidah pembaca, di hidung pembaca, atau di kulit pembaca.

3. Teknik Penulisan
Sebuah kisah yang sesungguhnya menarik, di mata pembaca bisa menjadi kurang menarik atau bahkan menjadi hambar, hanya karena teknik penulisan. Demikian juga cerita yang biasa-biasa saja bisa menjadi sangat menarik, juga karena teknik penulisan.

4. Pahlawan dengan Ratusan Muka
Salah satu buku paling berpengaruh di dunia penulisan, dan juga di dunia film adalah The Hero With A Thousand Faces karya Joseph Campbell yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1949. Salah satu pembuat film Holywood yang pertama kali mengakui pengaruh buku Joseph Campbell ini dalam filmnya adalah George Lucas. Ia mengatakan bahwa Star Wars yang pertama kali tayang di tahun 1970an dibuat berdasarkan ide yang ada di dalam buku The Hero With A Thousand Faces.
Joseph Campbell adalah seorang profesor Amerika yang meneliti bidang mitologi. Ia menemukan bahwa setiap mitologi di seluruh dunia, semua cerita kepahlawanan, mitos, legenda, memiliki dasar cerita yang sama. Cerita yang sama tersebut diceritakan kembali dengan berbagai variasi yang berbeda. Ia menemukan bahwa setiap cerita, secara sadar atau tidak, mengikuti pola yang sama, atau disebut juga “Hero Myth”.

5. Menulis dengan Diagram Balon
Pada saat menulis atau menemukan ide, seseorang biasanya membuat kerangka sebagai panduan untuk menulis. Yang paling umum digunakan adalah membuat kerangka dalam bentuk linear, baris demi baris, sehingga bentuknya mirip seperti daftar isi. Biasanya hal ini tidak masalah bila kita memang membuat tulisan yang linear, seperti non-fiksi. Masalahnya adalah tidak semua tulisan berbentuk linier. Masalah lain adalah ide biasanya tidak muncul secara linier. Proses kreatif suatu pikiran tidak muncul secara linear. Satu ide yang muncul biasanya akan diikuti ide lain yang muncul sporadis. Ide biasanya tersebar seperti kepingan puzzle yang harus disatukan. Yang perlu kita lakukan adalah mengolah ide atau informasi yang kita miliki sehingga kita memiliki sebuah alur cerita. Tulisan ini akan membahas bagaimana menulis fiksi dengan bantuan diagram balon.

Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai diagram balon, ada baiknya kita mengetahui mengenai konsep Mind Mapping. Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
6. Drama yang Kuat
Penerbit Escaeva banyak sekali mendapatkan kiriman naskah fiksi bergenre fantasi. Gaya penceritaan, tokoh sampai settingnya pun, walau berbeda nama, namun bisa dilihat kalau terinspirasi oleh The Lord of The Rings, The Chronicles of Narnia, Harry Potter, Eragon, sampai terinspirasi oleh game semacam Final Fantasy. Boleh-boleh saja bila kita terilhami karya-karya yang sudah terkenal.
Bila dibaca, naskah yang masuk tersebut memiliki kelebihan, yaitu detail karakter dan setting-nya yang cukup tajam, mulai dari penggunaan nama yang terdengar asing di telinga, nama ras, ciri-ciri fisik, nama senjata, nama kota dll menunjukkan kalau penulisnya cukup banyak membaca karya bergenre sejenis dan melakukan riset. Namun ada satu hal yang tidak dimiliki oleh naskah-naskah yang masuk tersebut, sehingga menyebabkan naskah tersebut tidak bisa diterbitkan, yaitu “the script is not selling the drama“.
“Selling The Drama”, sama seperti judul lagu yang dipopulerkan kelompok musik Live, adalah elemen penting dalam penulisan fiksi. Bayangkan The Lords of The Rings tanpa konflik batin Frodo, persahabatan antara Frodo-Sam atau kepribadian ganda Gollum, karya besar itu dijamin hambar. Naskah fiksi fantasi yang hanya menggambarkan pahlawan tanpa cacat, berkelana dari satu kota ke kota lain untuk menegakkan keadilan, melawan monster ini dan itu, yang wajahnya begini dan begitu hanya akan menarik di awal kita membacanya. Setelah itu, kebosanan yang akan menjadi milik naskah seperti ini.
Yang akan menarik pembaca tidak hanya karakter yang indah, atau detail, setting yang wah. Semua itu tidak ada artinya bila tidak ada drama yang kuat. Selama kita bisa membuat drama yang kuat, kita bisa memberi baju apapun untuknya. Ambil contoh sebuah cerita sederhana seperti perjalanan hidup seseorang yang sukses, kemudian terhempas dan menderita, kemudian bersusah-payah membersihkan namanya dan menggapai kembali kesuksesan setapak demi setapak. Di dalam baju Romawi, cerita ini menjadi Gladiator. Sedangkan di dalam baju binatang menjadi The Lion King. Atau di masa sekarang, cerita ini menjelma menjadi The Fugitive atau Enemy of The State. Di dalam setting yang lebih maju lagi, cerita seperti ini menjadi sci-fi seperti The Minority Report.
Singkatnya, “Selling The Drama” tidak hanya harus dimiliki oleh naskah fiksi fantasi saja, namun semua naskah fiksi harus memilikinya.

7. Karakter Fiksi yang Nyata
Salah satu kunci dalam menulis fiksi yang baik adalah dengan menciptakan karakter yang menarik. Tidak cukup hanya dengan menarik, tetapi juga harus “believeable”.
Ketika kita ingin membuat novel, pertama kali yang perlu kita pertimbangkan adalah karakter. Biasanya orang berkutat untuk mencari plot cerita. Kali ini tinggalkan plot cerita itu sebentar. Sekarang pikirkan karakter kita. Karakter kita yang akan menentukan ke arah mana cerita itu akan berjalan. Jika kita memaksakan suatu karakter masuk ke dalam suatu plot cerita, justru kita akan merusak keseluruhan karakter itu sendiri. Tetapi jika kita membiarkan karakter “berlakon” dalam “dunia cerita”, karakter itulah yang akan menuliskan ceritanya untuk kita. Bayangkan kita memiliki karakter hidup yang bisa menentukan pilihannya sendiri, bukannya kita memiliki boneka mati yang bisa kita suruh melakukan yang kita inginkan. Berikut ini kita ditunjukkan beberapa tips bagaimana membuat karakter yang “believeable” tersebut.
a) Karakter kita harus memiliki sifat dan kepribadian tertentu
Setiap karakter memiliki sifat dan kepribadian masing-masing, seperti kita juga memiliki kecenderungan kepribadian tertentu. Tidak ada seorangpun di dunia yang memiliki semua macam sifat, kecuali orang dengan “multiple personalities”. Pilihlah kepribadian karakter kita. Kita juga bisa memilih satu, sampai beberapa macam kepribadian. Tentukan mana yang dominan. Seringkali kepribadian tersebut saling bertabrakan. Tidak masalah. Itu justru akan menambah hidupnya karakter.

b) Konsisten dengan kepribadian karakter
Kita harus konsisten dengan kepribadian karakter yang kita pilih. Misalnya seorang yang pemalu cenderung untuk bersandar pada kelompok tertentu, atau mencari area ternyamannya sendiri. Kita juga tidak mungkin membuat seseorang yang serius tiba-tiba membanyol. Tanpa alasan yang kuat, kita tidak bisa mengubah kepribadian seseorang menjadi berubah 180 derajat. kita juga perlu membayangkan bagaimana seseorang dengan kepribadian tertentu bertindak. Jika kita sudah memiliki ending atau cerita tertentu, tetapi kita pikir karakter kita tidak akan melakukan hal tersebut, kita harus membuang ending tersebut. kita harus membuat cerita Anda “make sense” sesuai dengan karakter kita.
c) Tiada gading yang tak retak
Ada banyak penulis yang menggambarkan karakter yang ia buat dengan sangat sempurna. Karakter yang seperti ini akan menjadi karakter yang sangat membosankan. There’s always a dark side behind every man. Karakter yang manusiawi adalah karakter yang memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Cerita Anda akan lebih hidup dengan memiliki karakter yang manusiawi.


d) Buatlah pembaca mencintai karakter kita
Apabila kita memiliki karakter utama, buatlah pembaca mencintai karakter kita. Bahkan seorang karakter antagonis juga bisa menjadi karakter yang dicintai oleh pembaca. Formulanya adalah kita harus menjelaskan siapa mereka, bagaimana mereka, apa yang mereka lakukan, alasan kuat mengapa yang melakukan hal tersebut, dan tambahkan rasa manusiawi pada mereka. Pembaca mestinya juga akan berpikir mereka juga akan berbuat yang sama pada situasi yang sama. Itu akan menumbuhkan empati pada karakter yang kita buat.

8. Tahapan dalam Menulis
Apabila saat ini kita ingin memulai pekerjaan sebagai penulis, kita mungkin bertanya-tanya bagaimana cara menulis dengan baik, efisien dan efektif. Ada banyak cara yang dapat digunakan seorang untuk bisa menulis. Setiap orang berbeda-beda. Namun pada prinsipnya dapat dibagi dalam 5 tahap kegiatan.
1. Tahap pertama adalah menentukan tema atau topik atau ide utama yang akan Anda tulis.
Kita sebaiknya menulis dalam bidang yang kita kuasai. Alternatif lain adalah kita dapat menulis bidang yang kita kuasai. Jika sedang menulis fiksi kita dapat menulis genre yang kita sukai. Keuntungan apabila kita menulis hal yang kita sukai, kita akan lebih enjoy dan lebih serius dalam menulis naskah tersebut. Sebenarnya kita tidak dilarang untuk menulis di luar bidang yang kita kuasai, tetapi kita akan jauh lebih mudah menulis bidang yang Anda kuasai, dan pada akhirnya buku kita akan jauh lebih cepat terbitnya.
2. Tahap kedua adalah melakukan riset.
Lakukanlah semua hal yang diperlukan untuk mendapatkan data yang kita inginkan, dengan membaca, mencatat, observasi, mengkliping. Kumpulkan semua data dalam satu tempat. Sebaiknya kita menggunakan jurnal. Organisasikan dengan rapi, agar dapat mudah dicari apabila diperlukan. kita harus memasikan bahwa data yang kita miliki valid dan akurat, sehingga apa yang kita tulis dapat dipertanggung jawabkan. Apabila kita menulis novel, dengan setting dan karakter yang sudah kita riset, Anda memiliki karakter yang seakan-akan nyata.

3. Tahap ketiga adalah membuat kerangka atau outline dengan memilih topik atau ide mana yang akan kita gunakan.
Beberapa penulis fiksi melewatkan tahap ini, atau cukup dengan membuat kerangka di luar kepala, mereka langsung menulis apa yang ada di kepalanya. Namun tidak semua orang bisa menulis dengan cara ini. Sebaiknya kita tetap membuat kerangka atau outline ini supaya tulisan atau cerita kita memiliki konsistensi dan alur yang baik. Kita akan dengan mudah melihat alur tulisan dengan hanya membaca kerangka.

4. Tahap keempat, tentu saja Anda harus menulis.
Carilah waktu untuk menulis. Kadang kita akan banyak mengalami hambatan untuk menulis. Kita harus mengatasi hambatan ini, sehingga tulisan kita selesai dalam waktu yang sudah ditentukan.

5. Tahap terakhir adalah membaca kembali tulisan kita.
Simpan terlebih dahulu beberapa waktu dan baca kembali. Kita akan terkejut sewaktu membaca sediri tulisan kita. Revisi kembali apabila terdapat kesalahan, termasuk kesalahan ketik, gramatika, tata bahasa. Jangan segan untuk menulis ulang dengan ide baru yang lebih segar.




2.2 STRUKTUR CERITA
Didalam pembuatan sebuah karya fiksi kita membutuhkan struktur cerita yang akan membedakan bagian-bagian cerita. Menurut Ari (2007 : 49) secara umum struktur cerita terbagi atas tiga bagian yaitu pembukaan, inti cerita dan penutup.
1. Pembukaan
Kita tidak perlu bingung memilih pembukaan cerita fiksi kita. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan tapi sebaiknya kita memilih apa yang kita sukai dan juga berkenan di hati pembaca.

Ada beberapa hal yang perlu kita ingat dalam membuat pembukaan yaitu:
a. Menarik pembaca untuk membaca bagian berikutnya
b. Tidak bertele-tele
c. Mengenalkan tokoh utama dengan masalahnya
d. Dialog yang mencirikan tokoh utama
e. Deskripsi yang tidak monoton.

2. Inti cerita
Kalau kita sudah menemukan pembukaan yang pas dan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus meneruskan cerita ke bagian selanjutnya. Kita harus pelan-pelan membuat pembaca iku dalam cerita yag kita buat dengan cara menjaga dialog dan bahasa. Selain itu kita harus menjaga agar pembaca seolah-olah terlibat dalam cerita yang kita buat dengan suasana yang kita bangun sehingga mereka mau meneruskan cerita yang kita sajikan.

3. Penutup atau ending
Kalau kita sudah membuat pembuka kemudian inti cerita langkah selanjutnya adalah membaut penutup. Usahakan kita memiliki surprise di akhir cerita.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons