BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sastra Indonesia Kontemporer di dalam kamus bahasa inggris diistilahkan sebagai Contemporery Indonesia Literature. Istilah sastra kontemporer di dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Contemporery Literature.
Sastra Indonesia Kontemporer itu diartikan sebagai sastra yang hidup di Indonesia pada masa mutakhir atau sastra yang hidup di Indonesia pada masa kini,, atau sastra yang hidup di Indonesia pada masa mutakhir atau sastra yang hidup di Indonesia pada zaman yang sama.
Pengertian sastra Indonesia Kontemporer itu bemakna sangat relatif. Kerelatifan makna sastra kontemporer itu disebabkan oleh sejarah sastra Indonesia yang belum panjang. Disamping itu, pada pengertian sastra yang benar-benar mutakhir dalam arti hari ini hidup dan esok akan mati, ada pula sastra yang sekarang hidup dan tak sanggup terus bernafas entah sampai kapan. Pengertian mutakhir tidak mungkin semata dibatasi oleh waktu khusus untuk sastra yang benar-benar hebat. Meskipun demukian sedikit banyak sastra mutakhir merupakan ancang-ancang bagi sastra masa depan
( Budi Darma, 1990: 132).
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini
1. Untuk mencari pengertian puisi kontemporer ?
2. Untuk mencari tema dan ciri-ciri puisi kontemporer ?
3. Untuk mencari pengertian puisi indonesia kontemporer ?
4. Untuk mencari ragam puisi kontemporer ?
5. Untuk mengetahui bagaimana munculnya puisi indonesia kontemporer di dalam khazanah kesusastraan indonesia ?
6. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh puisi kontemporer ?
7. Untuk mengetahui contoh puisi-puisi kontemporer ?
BAB II
PUISI KONTEMPORER
2.1 PENGERTIAN PUISI
Banyak pengertian puisi telah dibuat oleh pakar sastra. Pengertian yang dibuat mereka itu biasanya berhubungan dengan etimologi puisi, struktur fisik puisi, struktur batin puisi. Dalam puisi dan metologi pengajaran, B.P Situmorang membeberkan bahwa perkataan puisi berasal dari bahasa yunani, yang juga dalam bahasa latin poeietes, mula-mula artinya pembangunan, pembentuk , pembuat. Arti yang mula-mula itu lama kelamaan semakin dipersempit jadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.
Dalam kamus istilah sastra, Panuti sudjiman menguraikan bahwa puisi adalah ragam bahasa yang teikat oleh irama, mantra dan rima serta penyusunan larik dan bait.
Dalam kamus istilah sastra, Abdul Rozak zaidah, membeberkan makna puisi, ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima dan tatapuitika yang lain, atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran dan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.
Pengertian puisi yang dibeberkan sebelumnya adalah pengertian puisi secara etimologis dan secara kamus umum dan kamus istilah. Jika diamati secara cermat kata puisi disinonimkan dengan istilah poetry. Pengertian puisi demikian adalah pengertian puisi secara tradisional. Pengertian yang demikian ini hanya berlaku untuk puisi-puisi lama atau tradisional, contohnya puisi dalam bentuk pantun.
Clive Sansom memberikan pengertian puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional. Herbert spencer seperti dikutip oleh Clive sansom memberikan pengertian puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
Dua pengertian puisi diatas berkaitan dengan bentuk fisik dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik lazim disebut bahasa atau bentuk, sedangkan bentuk batin sering disebut isi atau tema Sepanjang sejarah, puisi itu mengalami perubahan disebabkan oleh selera dan konsep estetik.
2.2 PENGERTIAN PUISI KONTEMPORER
Istilah puisi kontemporer di padankan dengan istilah puisi inkonvensional, puisi masa kini, puisi mutakhir, istilah kontemporer di dalam puisi kontemporer tidak menunjuk kepada waktu walaupun di dalam kamus istilah itu berarti dewasa ini. Masa kini atau mutakhir , pengenaan atau penerapan istilah kontemporer pada puisi kontemporer lebih mengarah kepdaa kehendak menunjukkan pada kondisi kreatif seniman di dalam mengolah dan menemukan idiom-idiom baru.
Jika yang berpendapat bahwa kontemporer pada puisi kontemporer menunjukkan pada waktu dan bukan pada model puisi tertentu, maka pendapat demikian itu perlu diluruskan atau diperbaiki. Mengertikan seni kontemporer atau lebih khusus kepada puisi kontemporer dengan memakai kurun waktu misalnya dari tahun sekian sampai dengan tahun sekian, merupakan langkah atau sikap yang gegabah, tidak setiap hasil karya atau puisi misalnya tahun 1970-an berhak disebut kontemporer selama di dalamnya tidak terdapat atau tampak ciri-ciri kontemporer. Oleh karena itu, puisi kontemporer tidak menunjuk pada waktu. Didalam puisi kontemporer salah satu wajah yang penting adalah wajah eksplorasi dan sejumlah kemungkinan baru. Kemugkinan baru itu antara lain lahirnya eksperimen berupa penjungkirbalikan kata. Penciptaan kata-kata baru. Penciptaan idiom-idiom baru, percobaan semantik dan sintaksis.
Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema, tetapi juga terikat pada struktur fisik puisi. Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya, puisi yang muncul pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya, puisi yang lahir di dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya.
Puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Misalnya, Sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai kekuatan garis dalam menciptakan puisi.
2.3 TEMA DAN CIRI-CIRI PUISI KONTEMPORER
1. Tema Puisi kontemporer
Biasanya puisi-buisi kontemporer bertemakan
a. Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi
b. Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subjek pembangunan dan bukan objek pembangunan.
c. Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan cenderung kepada mistik
d. Tema yang dilukiskan melalui alegor dan parabel
e. Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia berupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari cengkeraman dari teknologi modern.
f. Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.
2. Ciri-ciri Puisi Kontemporer
a. Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
b. Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan maksimal.
c. Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsens dipergunakan dan diberi makna baru.
d. Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
e. Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna baru
f. Banyak digunakan gaya penulisan prosais
g. Banyak menggunakan kata-kata tabu
h. Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara polos.
2.4 PENGERTIAN PUISI INDONESIA KONTEMPORER
Jika pengertian puisi kontemporer itu di kaitkan dengan puisi Indonesia, maka puisi Indonesia kontemporer adalah puisi Indonesia yang lahir di dalam waktu tertentu yang berbentuk dan bergaya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi lama pada umumnya. Atau puisi Indonsia kontemporer adalah puisi Indonesia yang memiliki ciri-ciri nilai dan estetika yang berbeda dengan puisi-puisi sebelumnya atau pada umumnya.
2.5 RAGAM PUISI KONTEMPORER
Adapun puisi kontemporer bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
1. Puisi Tanpa Kata, yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis, huruf, atau simbol-simbol lain.
2. Puisi Mini Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
3. Puisi Multi Lingual, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
4. Puisi Tipografi, yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
5. Puisi Supra Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
6. Puisi Idiom Baru. Puisi ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
7. Puisi Mbeling. Puisi ini pada umumnya mengandung unsur humor, bercorak kelakar. Dalam puisi ini sering terdapat unsure kritik, terutama kritik sosial. Puisi mbeling tidak meng’haram’kan penggunaan suatu kata. Semua kata mempunyai hak yang sama dalam penulisan puisi ini.
2.6 MUNCULNYA PUISI INDONESIA KONTEMPORER DI DALAM KHAZANAH KESUSASTRAAN INDONESIA
Istilah puisi Indonesia kontemporer mulai di populerkan pada 1970-an. Gerakan puisi kontemporer yang melanda dunia gaungnya terdengar di Indonesia dan memberi corak terhadap kehidupan puisi Indonesia pula.
Puisi Indonesia kontemporer di dalam dunia perpuisisan Indonesia dikejutkan oleh Sutardji Calzoum Bahri dengan improvisasinya yang menjadi bagian penting dari proses penciptaan puisi-puisinya. Berbeda dengan penyair-penyair sebelumnya, Sutardji mengebrak dengan puisi-puisinya bentuk-bentuk baru. Pembaharuan yang dilakukan sutardji benar-benar memberi wajah baru bagi perjalanan dan perkembangan puisi Indonesia.
Di dalam kredo puisinya yang diproklamasikan pada 30 maret 1973, Sutardji mengatakan kredo berasal dari bahasa latin credo yang berarti aku percaya, suatu pernyataan atau pengakuan.
KREDO PUISI SUTARDJI
Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas. Kalau di umpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau di umpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam. Dalam kesehari-hari kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyanpaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan lupakan keudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
Dalam puisinya, dia membebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor, serta penjajahan gramatika. Bila kata-kata di bebaskan, kreatifitaspun di mungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauan dirinya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbulah hal-hal yang tak terduga sebelumnya, yang kreatif.
Dalam penciptaan puisinya, ia membebaskan kata-kata. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan. Kata-kata meloncat-loncat dan menari di atas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri., mundar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tidaka sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang kain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyusangkan sendiri dirinya dengan bebas. Saling betentangan sendiri satu sama lainnya. Karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yag ingin dibebankan kepadanya.
Sebagai penyair saya hanya menjaga sepanjang tidak menganggu kebebasnnya, agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksetuasi yangmaksimal. Menulis puisi baginya adalah membebaskan kata-kata yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata. Dan kata pertama adalah mantera. Makamenulis puisi baginya adalah mengembalikan kata kepada mantera.
Sutardji Calzoum Bahri
Bandung, 30 Maret 1973
2.7 TOKOH-TOKOH PUISI KONTEMPORER
1. Sutardji Calzoum Bahri
Karyanya
- Kumpulan sajak o, amuk, kapak
- Tragedi sihka dan winka
- Batu
2. Supardi Djoko Damono
Karangannya:
- Dukamu Abadi (Kumpulan sajak, 1969)
- Mata Pisau (Kumpulan sajak, 1974)
- Akuarium (Kumpulan sajak, 1974)
3. Goenawan Muhamad
Karangannya:
- Dadaku adalah perisaiku (kumpulan sajak, 1974)
4. Leon Agusta
Karangannya:
- Catatan putih (Kumpulan sajak, 1975)
- Hukla (Kumpulan sajak, 1979)
5. Korrie Layun Rampan
Karangannya:
- Matahan pinsan & ubun-ubun (kumpulan sajak, 1974)
6. Entha Ainun Nadjib
Karangannya:
- “M” Frustasi (kumpulan sajak, 1976)
- Nyanyian Gelandangan (Kumpulan Sajak, 1981)
7. Hamid Jabbar
Karangannya:
- Paco-Paco (Kumpulan Sajak, 1974)
- Dua Warna (Kumpulan Sajak Bersama Upita Agustina, 1975)
8. Toen Herarti
Karangannya:
- Sajak-Sajak 33 (Kumpulan Sajak, 1973)
9. Linus Suryadi
Karyanya:
- Langit Kelabu (Kumpulan Sajak, 1976)
D. BIOGRAFI SUTARDJI CALZOUM BAHRI
Lahir di Riau, 1941, adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bahri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik jurusan Administrasi Negara. Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bahri mulai menulis dalam surt kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknya di muat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.
Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak di bebaskan dari kunkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti mantera. Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bahri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writting program di Lowa city, Amerika serikat dari oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.
Sejumlah sajaknya telah di terjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggeris dan di terbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation ( Calcutta, India ), Writing from The World ( Amerika Serikat ), Westerly Review ( Australia ) dan dalam dua antologi berbahasa belanda : Dichters in Rotterdam (Rotterdam Kunststicting, 1975) dan IK wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji di anugerahi hadiah South East Asia Writter Awards atas prestsinya dalam sastra di bangkok, Thailand.
O Amuk kapak merupakan penerbitan yang lengkap sajak-sajak Calzoum Bahri dari periode penuisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern.
2.8. PUISI-PUISI KONTEMPORER
O
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...
(Sutardji Calzoum Bachri)
Kata duka, resah, ragu, mau, sia, duhai, dan o merupakan kata-kata sifat atau perasaan yang akhirnya diikuti oleh kata ganti milik; aku, kau, dan kalian yang menunjukkan semua kata atau perasaan tersebut dimiliki oleh setiap orang. Sedangkan judul serta huruf o yang diulang pada akhir puisi ini, bila dikaitkan pada ketika seseorang mengucapkan huruf o secara serentak, hal ini merupakan huruf yang mewakili kata paham. Menunjukkan bahwa sudah tahu akan apa yang telah terjadi atau atas penjelasan yang disampaiakn. Selain itu, o sendiri juga bisa diartikan sebagai suatu pengharapan.
Dari keseluruhan puisi O tersebut dapat diketahui adanya sebuah perasaan penyesalan, pengaduan serta pencarian yang berujung pada sebuah pemahaman tersendiri tapipemahaman itu malah menimbulkan sebuah kebingungan yang baru. Hal itu dapat dilihat dari baris terakhir “oku okau okosong orindu okalian obolong o risao o Kau O..”. setelah menciptakan aatu mengesankan adanya sebuah pada oku okau tapi pemahaman itu kembali menimbulkan pertanyaan serta menimbulkan sebuah kerinduan untuk semakain ingin bertemu, sebuah pencarian dengan orindu okalian obolong o risau o Kau O….
Penggunaan huruf k yang dicetak besar pada kata kau pada baris terakhir juga menimbulkan pemahaman tersendiri. Umumnya sebuah kata ganti yang diawali denagn huruf besar yang letaknya bukan diawal kalimat adalah menunjukkan bahwa itu adalah Tuhan, sebagai contoh penggunaan kata ganti milik –Nya. Dari sini mungkin puisi O ini menunjukkan bahwa adanya pengaduan serta ingin tahu dan usaha pencarian untuk bertemu dengan Tuhan yang menciptakannya. Akan tetapi semakin dia tahu maka menjadikannya semakin bingung dan semakin ingin tahu lagi.
Tak lupa, dalam puisi ini juga sangat terasa efek magis yang ditimbulkan dari perulanagn kata serta penggunaan kata-katanya yang tidak wajar.
AMUK
Ngiau! Kucing dalam darah dia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
Darahku dia besar dia bukan hariamau bu
Kan singa bukan hiena bukan leopar dia
Macam kucing bukan kucing tapi kucing
Ngiau dia lapar dia menambah rimba af
Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
Dia meraung dia mengerang jangan beri
Daging dia tak mau daging jesus jangan
Beri roti dia tak mau roti ngiau.
Puisi lain karyanya seperti berikut ini.
SCB
BATU
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji ?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
sedang lambai tak sampai. Kau tahu
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji ?
Sutardji Calzoum Bahri
POT
Pot apa itu pot kaukah pot itu
Pot pot pot
Yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
Yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
Pot pot pot
Pot apa pot itu pot kaukah potku?
SCB
BAB III
SIMPULAN
Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema, tetapi juga terikat pada struktur fisik puisi. Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya, puisi yang muncul pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya, puisi yang lahir di dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya. Atau puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri.
Ciri-ciri Puisi Kontemporer
a. Puisi bergaya mantra
b. Gaya bahasa paralelisme
c. Tipografi
d. Kata-kata dari bahasa daerah
e. Asosiasi bunyi
f. Banyak digunakan gaya penulisan prosais
g. Banyak menggunakan kata-kata tabu
h. Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara polos.
DAFTAR PUSTAKA
Calzoum Bachri, S. 1981. “O”, dalam “O, Amuk, Kapak” (Kumpulan Puisi).
Sinar Harapan. Jakarta.
Purba, Antilan. 2001. Sastra Indonesia Kontemporer. USU Press. Medan.
Surya. 2009. Analisis Novel dan Puisi Kontemporer . (online) tersedia: http://kakashiiyomoto.blogspot.com. [11 Desember 2010].
Robiah. 2009. Periodisasi Sastra 70-an. (online) tersedia: http://robiah.blogmalhikdua.com.
6 komentar:
MAKASI BLOG INI SUDAH MEMBANTU SAYA :)
nice share !
terimakasih. penjelasan sangat membantu :)
thankssss membantu
makasih banget bang
sangat membantu m8
Posting Komentar